Langsung ke konten utama

Postingan

Lovember

Lovember (Untuk Nana) [Verse I] Hujan rintikkan nada nada Yang turun di mata bentala Laras terciptakan oleh Rasa dan masa Ruang dan waktu [Interlude] [Verse II] Hujan rintikkan nuansa yang Turun di mata niskala Laras terciptakan oleh Rasa dan masa Ruang dan waktu [Bridge] Membentuk kita sebuah Candramawa [Chorus I] Jam dan denting Langkah kita gema dan laras Larut di bulan Lovember
Postingan terbaru

Umar dan Sembilan Butir Peluru yang Selalu Dibawanya

Tahun 2019, saya menggantikan Faisal Hadi sebagai interpreter untuk seorang periset bernama Amoz J. Hor. Bersama Hendra Saputra, kami berkunjung ke beberapa tempat sepanjang pantai timur Aceh. Perjalanan tersebut berlangsung selama hampir dua minggu. Dari banyak narasumber yang kami temui, salah satunya Umar. Ia adalah mantan ajudan Teungku Ishak Daud—Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) wilayah Peureulak. Di awal, Umar terkesan defensif, tampak tak suka dengan kedatangan kami, terutama ketika hendak diwawancara. Wajahnya datar tanpa emosi, sulit meraba apa yang ia pikirkan saat itu. Usaha saya untuk beramah-tamah terasa sia-sia belaka karena Umar terlihat amat ketus. Hati kecil saya bergumam, kalau tidak berkenan diwawancara kenapa menerima sejak awal? Orang ini terkesan plintat-plintut. Saya mengalami jalan buntu dalam mencari jalan keluar untuk memecah kebekuan di meja. Amoz tampaknya bisa merasakan itu. "Nana tidak usah terlalu berusaha. Tidak apa-apa, kita minum kopi saja,&quo

Mencintai Munir

  Aku berangkat, cintamu mengiringi perjalananku peluk cium untukmu dan dua belahan jiwa kita. I love yo u -- 6 September 2004 (Mencintai Munir, h alaman 181 )   Melihat tanggal saaat SMS itu dikirin, kita se m ua tahu keesokannya adalah tanggal pembunuhan Munir. Di l aman lama n selanjutnya air mata saya tumpah, saya bisa merasakan betapa hancurnya perasaan Suci saat menerima kabar kematian Munir. Kesedihan, rasa sakit serta kekuatan juang untuk keadilan semua ditulis Suci Wati dengan ringan tapi tidak menghilangkan daya sebarnya di hati kita. Kecuali referensi, buku setebal 362 halaman itu saya selesaikan selama satu hari. Buku ini sangat ringan dengan gaya penceritaan aku-kamu membuat kita merasa jadi bagian dalam perjalanan sepasang manusia ini – sekaligus seolah menyaksikan semua yang ditulis Suci dalam MENCINTAI MUNIR (tentu semua ini sebagai orang ketiga) . Jika ekspektasimu ini adalah kisah cinta dua manusia maka kamu akan mendapat lebih. Dari sini kita diajak kita

Aku dan Laut Bercerita

  Laut bercerita adalah novel tentang Orde Baru dan aktivisme mahasiswa saat itu. Termasuk kisah seorang laki-laki bernama Biru Laut yang menjadi pemeran utama lalu ditabalkan namanya sebagai judul novel tersebut. Terbit pertama kali pada tahun 2017, meski gramedia saat itu belum ada di Aceh saya cukup terberkati  sebagai salah satu pemilik novel cetakan pertama lengkap dengan tanda tangan Leila Chudori, sang penulisnya. Buku tersebut tidak saya beli, pada tahun itu saya mendapatkannya sebagai hadiah ulang tahun dari Liliek HS, yang selalunya saya panggil Mbak Lilik. Tak lama setelah buku itu terbit, laku keras lalu dicetak berulang kali. Laut bercerita pun difilmkan. Tahulah siapa pemeran Laut: Reza Rahardian. Kebetulan yang menyenangkan! Karena Reza juga idola saya. Saat mereka syuting, mb lilik 'sengaja" mengirimkan fotonya sedang bersama bg Reza (pas bilang 'bang' seolah kenal dekat yeken). Sekali lagi, foto dilengkapi dengan kalimat provokatif yang buat iri dengki

Membersamai Langkah Kaki

Bo, adang-kadang saya merasa kalau kita sudah lama sekali bersama dalam hubungan ini. Hahaha. Padahal setelah saya hitung, baru setahun setengah, PAS! Hey, happy 1,5 tahun and still count yah. Saya gak akan malu-malu nunjukin perasaan saya, orang-orang bilang nanti kalau putus bisa malu. Kalau ga jadi nikah bisa malu. So, what? Kenapa memangnya? Dunia ini terlalu kecil untuk menggosipkan kita, right? Tapi, entah Bo juga menyadarinya bahwa tiap kali kita berjauhan entah karena urusan kerja atau sesuatu. Selalu ada barang milik pasangan yang dibawa serta. Cara bagi kita untuk terus membersamai. Seingat saya, kamu yang memulainya saat saya bertugas ke Bener Meriah. Eh, atau saya yang memulainya saat ke Bener Meriah. Kita uji saja sayang, siapa yang lebih dulu melakukannya. Dan pemenangnya, harus diberi hadiah, hahaha.  (fotonya justeru saat sedang di Lampuuk) Saat itu, saya bertugas kemana gitu lupa (Bener Meriah deh kayaknya) dan meninggalkan jaket orange-hijau lumut saya untuk kamu paka

It's not a Farewell Party

Semalam saya terbangun sebentar-sebentar. Hampir setiap jamnya, macam-macam perasaan yang hadir saat terbangun. Aneh sekali, karena mustinya saya pulas sebab sejak kemarin kurang tidur. Maklum, saya kedatangan tamu dari Aceh Utara-teman saat bekerja dulu di Relawan Perempuan untuk Kemanusiaan dulu. Hati saya gelisah, saya redakan dengan kekamar mandi hanya untuk pipis atau mencuci wajah saja.  Huft,  Minggu ini saya menerima dua ajakan makan berdua saja, bukan dating biasa. Satu dari kakak keuangan dikantor saya, ia akan pindah kekantor baru yang masih satu kota dan bekerja di isu yang sering beririsan. Padanya saya telah menjawab: "Hey, tidak ada perpisahan diantara kita."  Sementara satu lagi dari seseorang yang sudah saya anggap sebagai adik, ia pindah sebab diterima bekerja di Bangkok. Padanya mustahil saya bilang tidak ada perpisahan sebab secara fisik pun raga akan terjarak. Saya merasa krisis! Kacau!   Adik angkat saya; Sharrah malah men- challenge saya dengan menanyak

Suzuya Mall Banda Aceh Terbakar

Suzuya Mall Banda Aceh, letaknya di Seutui. Kampung tempat saat ini saya tinggali, waktu tempuh sekira 20 menit saja kalau jalan santai atau 4 menit dengan sepeda motor. Tempat perbelanjaan (hampir) serba ada ini gak terlalu spesial, cuma sering ada diskon dan beberapa barang/merek yang gak dijual bebas seperti Ace, The Body Shop, Miniso aja yang buat saya kesana. Tentu, sebagian besar bukan belanja beneran barang-barang tersebut melainkan window shopping , cari inspirasi atau nambah semangat nabung . Biasanya, setiap dua minggu saya selalu belanja bahan rumah tangga. Sebagian barang yang tahan lama saya beli di pasar modern seperti swalayan, banyak diskon yang ditawarkan. Sementara bahan tak awet seperti sayuran dan ikan saya beli di pasar tradisional, karena biasanya lebih murah dan seringkali langsung dari tangan pertama (petani). Itu kebiasaan yang sudah saya bangun sejak 2 tahun yang lalu untuk menjaga efisiensi dan tetap ekonomis. Rino suka menemani saya belanja, yang sebenarnya