Postingan

Bacot Pak Mario Teguh

Gambar
 Dulu, Golden Ways sering jadi tontonan paporip saya. Apa karena hidup saya terlalu menyedihkan atau justeru butuh semangat agar jadi orang bijak sana sini. Sewaktu muda, eh remaja gitu maksudnya saya memang suka baca semacam chicken soup dan nonton yang agak motivasional. Suka saja saya dengar intonasi dan kata-kata Mario Teguh yang sudah jelas mudah diucapkan tapi gak segampang itu dilakukan. Btw, Pak Mario belakangan juga terbukti mengkhianati nasehatnya sendiri soal kejujuran dan lain lain. Itu saat kasus ia, mantan isteri dan anak biologis yang tak diakui. Selain geger ya, setelahnya karir pernasehatan Pak Mario di MTGW auto terjun ke jurang. Terakhir ini acara hilang total di televisi. Sialnya, tiap kali merasa kacau saya jadi sering terngiang nasehatnya yang bodong dan penuh harapan palsu yang kadung dulu saya dengar. Salah satunya soal orang menjadi tenang. Katanya, bahkan didalam agam Tuhan pun memanggil jiwa yang tenang. Lalu, gimana caranya? Salah satu sebab menjadi orang ya

Mamak dan Kebahagiaan yang ditebus

Gambar
Barangkali sejak SMA, saya mengenali sebuar terma: "Membeli Kebahagiaan". Banyak orang pasti gak akan setuju karena katanya uang gak bisa membeli kebahagiaan. Tapi bagi saya yang saat itu tumbuh remaja dengan kekerasan dalam rumah tangga yang terus disaksikan didepan mata. Mana sempat saya telaah kalimat bijak kebahagiaan hakiki adalah bla...bla...bla... Saya tahu dari pengalaman, cerita kekerasan hanya jadi sumber gosip tetangga dan keluarga besar. Saya tahu betul, laki-laki dalam keluarga dan masyarakat patriarki gak pernah salah dan pengalaman mengajarkan bahwa gak ada yang nolong saya selain diri saya sendiri. Saya tahu, orang yang mendengar kesulitan kami hanya bilang "kasihan" lalu diam dan berlalu. Kekerasan, kemiskinan, penelantaran dan menjadi tong sampah emosi orang tua. Lalu, suatu waktu diujung frustasi saya lari dari rumah. Merasa hidup kok jahat ke saya, Saya ga kenal perceraian karena gak pernah dengar dalam keluarga besar kami (saat itu). Dan kebersa

Lovember

Lovember (Untuk Nana) [Verse I] Hujan rintikkan nada nada Yang turun di mata bentala Laras terciptakan oleh Rasa dan masa Ruang dan waktu [Interlude] [Verse II] Hujan rintikkan nuansa yang Turun di mata niskala Laras terciptakan oleh Rasa dan masa Ruang dan waktu [Bridge] Membentuk kita sebuah Candramawa [Chorus I] Jam dan denting Langkah kita gema dan laras Larut di bulan Lovember

Umar dan Sembilan Butir Peluru yang Selalu Dibawanya

Gambar
Tahun 2019, saya menggantikan Faisal Hadi sebagai interpreter untuk seorang periset bernama Amoz J. Hor. Bersama Hendra Saputra, kami berkunjung ke beberapa tempat sepanjang pantai timur Aceh. Perjalanan tersebut berlangsung selama hampir dua minggu. Dari banyak narasumber yang kami temui, salah satunya Umar. Ia adalah mantan ajudan Teungku Ishak Daud—Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) wilayah Peureulak. Di awal, Umar terkesan defensif, tampak tak suka dengan kedatangan kami, terutama ketika hendak diwawancara. Wajahnya datar tanpa emosi, sulit meraba apa yang ia pikirkan saat itu. Usaha saya untuk beramah-tamah terasa sia-sia belaka karena Umar terlihat amat ketus. Hati kecil saya bergumam, kalau tidak berkenan diwawancara kenapa menerima sejak awal? Orang ini terkesan plintat-plintut. Saya mengalami jalan buntu dalam mencari jalan keluar untuk memecah kebekuan di meja. Amoz tampaknya bisa merasakan itu. "Nana tidak usah terlalu berusaha. Tidak apa-apa, kita minum kopi saja,&quo

Mencintai Munir

Gambar
  Aku berangkat, cintamu mengiringi perjalananku peluk cium untukmu dan dua belahan jiwa kita. I love yo u -- 6 September 2004 (Mencintai Munir, h alaman 181 )   Melihat tanggal saaat SMS itu dikirin, kita se m ua tahu keesokannya adalah tanggal pembunuhan Munir. Di l aman lama n selanjutnya air mata saya tumpah, saya bisa merasakan betapa hancurnya perasaan Suci saat menerima kabar kematian Munir. Kesedihan, rasa sakit serta kekuatan juang untuk keadilan semua ditulis Suci Wati dengan ringan tapi tidak menghilangkan daya sebarnya di hati kita. Kecuali referensi, buku setebal 362 halaman itu saya selesaikan selama satu hari. Buku ini sangat ringan dengan gaya penceritaan aku-kamu membuat kita merasa jadi bagian dalam perjalanan sepasang manusia ini – sekaligus seolah menyaksikan semua yang ditulis Suci dalam MENCINTAI MUNIR (tentu semua ini sebagai orang ketiga) . Jika ekspektasimu ini adalah kisah cinta dua manusia maka kamu akan mendapat lebih. Dari sini kita diajak kita

Aku dan Laut Bercerita

Gambar
  Laut bercerita adalah novel tentang Orde Baru dan aktivisme mahasiswa saat itu. Termasuk kisah seorang laki-laki bernama Biru Laut yang menjadi pemeran utama lalu ditabalkan namanya sebagai judul novel tersebut. Terbit pertama kali pada tahun 2017, meski gramedia saat itu belum ada di Aceh saya cukup terberkati  sebagai salah satu pemilik novel cetakan pertama lengkap dengan tanda tangan Leila Chudori, sang penulisnya. Buku tersebut tidak saya beli, pada tahun itu saya mendapatkannya sebagai hadiah ulang tahun dari Liliek HS, yang selalunya saya panggil Mbak Lilik. Tak lama setelah buku itu terbit, laku keras lalu dicetak berulang kali. Laut bercerita pun difilmkan. Tahulah siapa pemeran Laut: Reza Rahardian. Kebetulan yang menyenangkan! Karena Reza juga idola saya. Saat mereka syuting, mb lilik 'sengaja" mengirimkan fotonya sedang bersama bg Reza (pas bilang 'bang' seolah kenal dekat yeken). Sekali lagi, foto dilengkapi dengan kalimat provokatif yang buat iri dengki

Membersamai Langkah Kaki

Gambar
Bo, adang-kadang saya merasa kalau kita sudah lama sekali bersama dalam hubungan ini. Hahaha. Padahal setelah saya hitung, baru setahun setengah, PAS! Hey, happy 1,5 tahun and still count yah. Saya gak akan malu-malu nunjukin perasaan saya, orang-orang bilang nanti kalau putus bisa malu. Kalau ga jadi nikah bisa malu. So, what? Kenapa memangnya? Dunia ini terlalu kecil untuk menggosipkan kita, right? Tapi, entah Bo juga menyadarinya bahwa tiap kali kita berjauhan entah karena urusan kerja atau sesuatu. Selalu ada barang milik pasangan yang dibawa serta. Cara bagi kita untuk terus membersamai. Seingat saya, kamu yang memulainya saat saya bertugas ke Bener Meriah. Eh, atau saya yang memulainya saat ke Bener Meriah. Kita uji saja sayang, siapa yang lebih dulu melakukannya. Dan pemenangnya, harus diberi hadiah, hahaha.  (fotonya justeru saat sedang di Lampuuk) Saat itu, saya bertugas kemana gitu lupa (Bener Meriah deh kayaknya) dan meninggalkan jaket orange-hijau lumut saya untuk kamu paka