BUMI dan MARS (2)
Rasa Bumi semakin menjadi-jadi jika tak mau dikatakan tak terkendali. Pertanyaannya, apatah manusia serupa robot yang bisa dikontrol dengan remot? Pikirannya diselimuti perasaan. Mars adalah segala baginya. Bumi berotasi bukan lagi pada dirinya, dan itu sudah sejak lama. Pusatnya adalah Mars. Revolusinya. Demi Mars, Bumi rela melakukan apapun. Apapun! Apakah bumi diperbudak oleh rasa? Saat Bumi tahu Mars menikah, ia serupa gila. Perpisahan diantara mereka mulai terasa bahkan sebelum janji suci terikrar. Saban waktu, Bumi psikosomatis tiap kali mengingat Mars ia merasa mual dan pusing. Ia tak hendak menelan apapun, tak ada lapar. Ia ingin Mars saja. Disini. Ia patah, sepatah patahnya. Segala yang telah mereka bagi bersama jadi tak bermakna. Menjadi sia. Betapa menyedihkannya, ia akan ditinggalkan sendiri lagi, semesta energi Bumi menjadi hilang. Terambang tanpa gravitasi. Ia menghirup aroma Mars dalam jubahnya yang kemerahan. Menyesakkan hatinya, paru-paru seolah s