Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2022

Lovember

Lovember (Untuk Nana) [Verse I] Hujan rintikkan nada nada Yang turun di mata bentala Laras terciptakan oleh Rasa dan masa Ruang dan waktu [Interlude] [Verse II] Hujan rintikkan nuansa yang Turun di mata niskala Laras terciptakan oleh Rasa dan masa Ruang dan waktu [Bridge] Membentuk kita sebuah Candramawa [Chorus I] Jam dan denting Langkah kita gema dan laras Larut di bulan Lovember

Umar dan Sembilan Butir Peluru yang Selalu Dibawanya

Gambar
Tahun 2019, saya menggantikan Faisal Hadi sebagai interpreter untuk seorang periset bernama Amoz J. Hor. Bersama Hendra Saputra, kami berkunjung ke beberapa tempat sepanjang pantai timur Aceh. Perjalanan tersebut berlangsung selama hampir dua minggu. Dari banyak narasumber yang kami temui, salah satunya Umar. Ia adalah mantan ajudan Teungku Ishak Daud—Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) wilayah Peureulak. Di awal, Umar terkesan defensif, tampak tak suka dengan kedatangan kami, terutama ketika hendak diwawancara. Wajahnya datar tanpa emosi, sulit meraba apa yang ia pikirkan saat itu. Usaha saya untuk beramah-tamah terasa sia-sia belaka karena Umar terlihat amat ketus. Hati kecil saya bergumam, kalau tidak berkenan diwawancara kenapa menerima sejak awal? Orang ini terkesan plintat-plintut. Saya mengalami jalan buntu dalam mencari jalan keluar untuk memecah kebekuan di meja. Amoz tampaknya bisa merasakan itu. "Nana tidak usah terlalu berusaha. Tidak apa-apa, kita minum kopi saja,&quo