Langsung ke konten utama

It's not a Farewell Party


Semalam saya terbangun sebentar-sebentar. Hampir setiap jamnya, macam-macam perasaan yang hadir saat terbangun. Aneh sekali, karena mustinya saya pulas sebab sejak kemarin kurang tidur. Maklum, saya kedatangan tamu dari Aceh Utara-teman saat bekerja dulu di Relawan Perempuan untuk Kemanusiaan dulu. Hati saya gelisah, saya redakan dengan kekamar mandi hanya untuk pipis atau mencuci wajah saja. 

Huft, 

Minggu ini saya menerima dua ajakan makan berdua saja, bukan dating biasa. Satu dari kakak keuangan dikantor saya, ia akan pindah kekantor baru yang masih satu kota dan bekerja di isu yang sering beririsan. Padanya saya telah menjawab:

"Hey, tidak ada perpisahan diantara kita." 

Sementara satu lagi dari seseorang yang sudah saya anggap sebagai adik, ia pindah sebab diterima bekerja di Bangkok. Padanya mustahil saya bilang tidak ada perpisahan sebab secara fisik pun raga akan terjarak.

Saya merasa krisis!
Kacau!


 

Adik angkat saya; Sharrah malah men-challenge saya dengan menanyakan kapan saya mau moving forward.

Dunia berputar-bergerak, manusia dan segala kehidupannya berubah-maju. Sementara saya masih takut membuka pintu dan memberikan seribu alasan untuk bertahan. Apakah saya secara tidak sadar terjerat zona nyaman?  Ditinggal oleh orang-orang terdekat ternyata cukup mengguncang jiwa saya. Didalam hati yang sedih itu, bibir saya merapal doa untuk kesuksesan dan kebaikan mereka berdua.
Tetap ya, bagi saya
"It's not a Farewell Party. Wait ya, i am going visit you in Bangkok in one fine day Dek"


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Umar dan Sembilan Butir Peluru yang Selalu Dibawanya

Tahun 2019, saya menggantikan Faisal Hadi sebagai interpreter untuk seorang periset bernama Amoz J. Hor. Bersama Hendra Saputra, kami berkunjung ke beberapa tempat sepanjang pantai timur Aceh. Perjalanan tersebut berlangsung selama hampir dua minggu. Dari banyak narasumber yang kami temui, salah satunya Umar. Ia adalah mantan ajudan Teungku Ishak Daud—Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) wilayah Peureulak. Di awal, Umar terkesan defensif, tampak tak suka dengan kedatangan kami, terutama ketika hendak diwawancara. Wajahnya datar tanpa emosi, sulit meraba apa yang ia pikirkan saat itu. Usaha saya untuk beramah-tamah terasa sia-sia belaka karena Umar terlihat amat ketus. Hati kecil saya bergumam, kalau tidak berkenan diwawancara kenapa menerima sejak awal? Orang ini terkesan plintat-plintut. Saya mengalami jalan buntu dalam mencari jalan keluar untuk memecah kebekuan di meja. Amoz tampaknya bisa merasakan itu. "Nana tidak usah terlalu berusaha. Tidak apa-apa, kita minum kopi saja,&quo

Suzuya Mall Banda Aceh Terbakar

Suzuya Mall Banda Aceh, letaknya di Seutui. Kampung tempat saat ini saya tinggali, waktu tempuh sekira 20 menit saja kalau jalan santai atau 4 menit dengan sepeda motor. Tempat perbelanjaan (hampir) serba ada ini gak terlalu spesial, cuma sering ada diskon dan beberapa barang/merek yang gak dijual bebas seperti Ace, The Body Shop, Miniso aja yang buat saya kesana. Tentu, sebagian besar bukan belanja beneran barang-barang tersebut melainkan window shopping , cari inspirasi atau nambah semangat nabung . Biasanya, setiap dua minggu saya selalu belanja bahan rumah tangga. Sebagian barang yang tahan lama saya beli di pasar modern seperti swalayan, banyak diskon yang ditawarkan. Sementara bahan tak awet seperti sayuran dan ikan saya beli di pasar tradisional, karena biasanya lebih murah dan seringkali langsung dari tangan pertama (petani). Itu kebiasaan yang sudah saya bangun sejak 2 tahun yang lalu untuk menjaga efisiensi dan tetap ekonomis. Rino suka menemani saya belanja, yang sebenarnya

Membersamai Langkah Kaki

Bo, adang-kadang saya merasa kalau kita sudah lama sekali bersama dalam hubungan ini. Hahaha. Padahal setelah saya hitung, baru setahun setengah, PAS! Hey, happy 1,5 tahun and still count yah. Saya gak akan malu-malu nunjukin perasaan saya, orang-orang bilang nanti kalau putus bisa malu. Kalau ga jadi nikah bisa malu. So, what? Kenapa memangnya? Dunia ini terlalu kecil untuk menggosipkan kita, right? Tapi, entah Bo juga menyadarinya bahwa tiap kali kita berjauhan entah karena urusan kerja atau sesuatu. Selalu ada barang milik pasangan yang dibawa serta. Cara bagi kita untuk terus membersamai. Seingat saya, kamu yang memulainya saat saya bertugas ke Bener Meriah. Eh, atau saya yang memulainya saat ke Bener Meriah. Kita uji saja sayang, siapa yang lebih dulu melakukannya. Dan pemenangnya, harus diberi hadiah, hahaha.  (fotonya justeru saat sedang di Lampuuk) Saat itu, saya bertugas kemana gitu lupa (Bener Meriah deh kayaknya) dan meninggalkan jaket orange-hijau lumut saya untuk kamu paka