Langsung ke konten utama

Suzuya Mall Banda Aceh Terbakar

Suzuya Mall Banda Aceh, letaknya di Seutui. Kampung tempat saat ini saya tinggali, waktu tempuh sekira 20 menit saja kalau jalan santai atau 4 menit dengan sepeda motor. Tempat perbelanjaan (hampir) serba ada ini gak terlalu spesial, cuma sering ada diskon dan beberapa barang/merek yang gak dijual bebas seperti Ace, The Body Shop, Miniso aja yang buat saya kesana. Tentu, sebagian besar bukan belanja beneran barang-barang tersebut melainkan window shopping , cari inspirasi atau nambah semangat nabung.

Biasanya, setiap dua minggu saya selalu belanja bahan rumah tangga. Sebagian barang yang tahan lama saya beli di pasar modern seperti swalayan, banyak diskon yang ditawarkan. Sementara bahan tak awet seperti sayuran dan ikan saya beli di pasar tradisional, karena biasanya lebih murah dan seringkali langsung dari tangan pertama (petani). Itu kebiasaan yang sudah saya bangun sejak 2 tahun yang lalu untuk menjaga efisiensi dan tetap ekonomis.

Rino suka menemani saya belanja, yang sebenarnya adalah kedok untuk berburu mobil-mobilan. Dengan skema berimbang, usai dia menemani saya belanja, lalutiba saatnya saya menemaninya berburu. Satu-per satu meneliti mobil-mobil yang tersusun rapi di rak-rak. Dasar pemburu yang tekun (semoga ia sama tekunnya dalam mengumpulkan mahar).

Biasanya, kalau sudah lebih 2 jam memutar-mutari suzuya mall, Rino akan mengungkit ngungkit kesabarannya menemani seorang Nana berbelanja. Lalu disambung dengan bai'at diri sendiri sebagai laki-laki sabar.
"Laki-laki lain ga sanggup nemani belanja selama ini."

Rino suka mie Ayam dan hanya Mister baso yang menyediakan itu. Tiap kali kami belanja, pastilah ke mister baso makannya. Selalu! Saya selalu sudah menulis menunya dan bertanya hanya untuk memastikan pilihannya gak berubah. Rino selalu pesan mie ayam jamur dan es cendol. 

Menjelang siang Suzuya Mall, satu-satunya pusat perbelanjaan yang menabalkan dirinya sebagai mall terbakar habis ludes. Saat dikonfirmasi, Rino yang saat ini sedang di Meulaboh tahu berita tersebut dari gosip teman sepermainan. Saya bilang ke dia,

"Udah nggak ada lagi tempat tongkrongan yang Bo suka"

***

Saya gak akan lupa, kesan saat pertama kali kami belanja dan nongkrong bersama di Suzuya.  Rino berkomentar tempat ini seperti dunia lain yang sengaja dibangun manusia agar merasa nyaman yang bahagia. Jauh dari realitas sosial sebenarnya yang sedang masyarakat hadapi. Manusia membangun temboknya sendiri untuk berlindung dari dunia yang jauh sekali dari yang dihadapi sehari-hari.

Meski sempat menghina saya sebagai ratu swalayan,  kecintaannya terhadap mie ayam atau kepada saya memaksa dirinya untuk tetap datang menemani belanja lalu makan mie ayam (lagi dan lagi). 

Suzuya Mall Banda Aceh

Suzuya Mall Banda Aceh, letaknya di Seutui. Kampung tempat saat ini saya tinggali, waktu tempuh sekira 20 menit saja kalau jalan santai atau 4 menit dengan sepeda motor. Saat kebakaran terjadi tadi, saya gak kesana. Sekedar lihat atau penasaran. Saya nggak suka berdesak-desakan dengan orang saat musibah datang.  Karena jalan harus diberi ruang seluas-luasnya agar mobil-mobil pemadam kebakaran gak kesulitan menuju lokasi musibah.

Saat SD, rumah saya pernah terbakar dan bantuan mobil pemadam kebakaran terlambat datang hanya karena mereka mengira kami melakukan prank (karena sering ditipu). Jalan menuju rumah yang sempit plus seorang pejabat polisi yang sedang memarkir mobilnya sembarang dipinggir jalan tanpa mau mengalah untuk memindahkan mobilnya sebentar menambah runyam. (Dasar keparat memang!).

Saya mengimbau, agar gak usah lah datang ke lokasi musibah kalo gak untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Karena kehadiran kita, booleh jadi menambah kemacetan atau kepanikan. Meski pada akhirnya, kita juga gak bisa menghalangi orang untuk mewujudkan hasrat ingin tahu atau nambah viewer di medsosnya dengan postingan musibah tersebut. Bijak-bijaklah kawan

Komentar

  1. Pesan yang sangat menyentuh di akhir aku rasa itu perlu kita terapkan kehadiran kita menyaksikan musibah jadi nya memunculkan musibah yang baru bagi org2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya.. kan...
      Gara² kita penasaran
      orang jadi nambah musibah. Nauzubillah

      Hapus
  2. Hana sayang keren banget tulisan mu ,,,dan kk tersentuh dgn kalimat yg terakhir
    Musibah dijadikan perlombaan untuk mendapat bnyak viewer

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih kak, semoga bisa menjadi Ibrah buat kita bersama ya kak. Semoga selalu dalam lindungan Allah

      Hapus
  3. Hana keren tulisannya kk rina senang bacanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga Allah berkenan melimpah kan banyak rasa bahagia buat kt kak❤️

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Umar dan Sembilan Butir Peluru yang Selalu Dibawanya

Tahun 2019, saya menggantikan Faisal Hadi sebagai interpreter untuk seorang periset bernama Amoz J. Hor. Bersama Hendra Saputra, kami berkunjung ke beberapa tempat sepanjang pantai timur Aceh. Perjalanan tersebut berlangsung selama hampir dua minggu. Dari banyak narasumber yang kami temui, salah satunya Umar. Ia adalah mantan ajudan Teungku Ishak Daud—Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) wilayah Peureulak. Di awal, Umar terkesan defensif, tampak tak suka dengan kedatangan kami, terutama ketika hendak diwawancara. Wajahnya datar tanpa emosi, sulit meraba apa yang ia pikirkan saat itu. Usaha saya untuk beramah-tamah terasa sia-sia belaka karena Umar terlihat amat ketus. Hati kecil saya bergumam, kalau tidak berkenan diwawancara kenapa menerima sejak awal? Orang ini terkesan plintat-plintut. Saya mengalami jalan buntu dalam mencari jalan keluar untuk memecah kebekuan di meja. Amoz tampaknya bisa merasakan itu. "Nana tidak usah terlalu berusaha. Tidak apa-apa, kita minum kopi saja,&quo

Membersamai Langkah Kaki

Bo, adang-kadang saya merasa kalau kita sudah lama sekali bersama dalam hubungan ini. Hahaha. Padahal setelah saya hitung, baru setahun setengah, PAS! Hey, happy 1,5 tahun and still count yah. Saya gak akan malu-malu nunjukin perasaan saya, orang-orang bilang nanti kalau putus bisa malu. Kalau ga jadi nikah bisa malu. So, what? Kenapa memangnya? Dunia ini terlalu kecil untuk menggosipkan kita, right? Tapi, entah Bo juga menyadarinya bahwa tiap kali kita berjauhan entah karena urusan kerja atau sesuatu. Selalu ada barang milik pasangan yang dibawa serta. Cara bagi kita untuk terus membersamai. Seingat saya, kamu yang memulainya saat saya bertugas ke Bener Meriah. Eh, atau saya yang memulainya saat ke Bener Meriah. Kita uji saja sayang, siapa yang lebih dulu melakukannya. Dan pemenangnya, harus diberi hadiah, hahaha.  (fotonya justeru saat sedang di Lampuuk) Saat itu, saya bertugas kemana gitu lupa (Bener Meriah deh kayaknya) dan meninggalkan jaket orange-hijau lumut saya untuk kamu paka