Semoga Kamu Faham
Suatu pagi, berjam-jam sebelum berangkat kekantor sembari memasak seorang kolega mengirim pesan. Dia tanya apakah saya mendengar kasus pelecehan seksual yang menimpa mahasiswi di kota kelahiran saya? "Tentu, saya membacanya. Kenapa?" Ia menjawab, korban yang awalnya 11 menyusut jadi 4 saja, narasumber ternyata tak cukup bukti. Begitu, kolega saya yang juga laki-laki itu membalas. Saya berang.
A dan R sedang bermain di pameran seni HAKTP di Patabolin Studio |
Kolega saya bukanlah laki-laki kampungan yang petantang-petenteng di jalanan. Ia adalah seorang pengajar, berteman dengan banyak jenis orang termasuk yang bergiat di media tak serta merta membuat ia memiliki cara fikir yang adil. Benarlah dikata orang, yang menanam harapan akan mendulang kecewa. Saya salah satunya. Lagipula, sejak kapan yang mengenyam pendidikan tinggi tak mungkin jadi pelaku? Lagipula informasi yang menduduki tataran kognitif serta merta masuk ke nurani? kita tak dididik sebagai spiritualis.
Mari baca 15 jenis kekerasan seksual yang tertera di website Komnas Perempuan. Suit-suit perempuan alias catcalling itu juga adalah pelecehan seksual. Jangan dinormalisasi atau dianggap remeh temeh. Beban sebegai korban kekerasan seksual itu berat, di stigma oleh orang-orang di sekitar. Jika cara fikir dalam melihat soalan belum jernih, boleh jadi korban juga menyalahkan dirinya sendiri. Belum lagi, kegagalan kita melihat relasi kuasa yang bekerja. Sadarkah bahwa Kampus cum akademisi didalamnya, tempat kerja adalah raksasa yang lebih dari mampu untuk mengintimidasi korban.
pembuktian? sulit? pastilah!
Dalam kekerasan seksual, bukan semata fisik yang dihamcurkan juga mental/psikis. Perlu waktu untuk cerita, perlu waktu untuk sadar bahwa kita adalah korban. Perlu waktu untuk ngumpulin kekuatan.
Gak usah jauh-jauh untuk pahami, saya pastikan sulit bagi orang seperti anda untuk mengerti. Saran saya, tanya adik perempuan, kakak, ibu atau istrimu sendiri. Pernahkah ia dilecehkan? (hati kecil saya bilang) hampir gak ada perempuan yang gak dilecehkan setidaknya verbal dalam joke-joke seksis- misoginis. Lalu tanya perasaannya? Gimana?
Semoga kamu lekas faham.
Komentar
Posting Komentar