Tenang Yang Tak Kunjung Datang


Adalah salah satu potongan lirik lagu "Tenang" nya Yura Yunita menjadi judul cerita Nana pada hari ini. Entah mengapa setelah tiga hari berturut-turut merasa seolah sakit jiwa karena kasus kekerasan seksual terhadap anak terlebih pelaku divonis bebas. Saya meradang dan memaki-maki! belum pernah sesakit ini.

Dalam kemarahan itu, saya ingat teman saya pernah bilang  untuk mendengarkan lagu dan melakukan yang saya suka. Untuk jiwa yang porak poranda setelah badai saya memilih mengetik nama Yura Yunita. Untuk lagu ini saya punya cerita.

Bulan yang lepas, ramadhan saya lupa hari ke berapa belas. Saya dan tiga rekan berangkat ke Nagan Raya untuk menginvestigasi sebuah kasus penembakan warga sipil. Saya dan Fuadi dari Banda Aceh sementara Andi dan Imam, merupakan staf Jakarta. Untuk kasus rumit ini kami rekanan. Perjalanan dari penginapan di Nagan ke rumah korban di Alue Bilie yang berjarak kurang lebih sejam atau lokasi yang kami datangi untuk kepentingan investigasi selalu melewati gunung trans yang kanan-kirinya adalah belantara sawit. 

Setiap pagi Andi, rekan kami selalu memutarkan podcast, atau lagu-lagu. Mungkin sebab dia duduk didepan. Sementara itu kami semua diam di mobil, tak berbicara sebab masing-masing menahan mual karena jalan berkelok dan boleh jadi karena berpuasa. Setiap malam saat kami kembali, Andi juga memutarkan lagu-lagu. Rutinitas! Bedanya, saat kembali pulang di mobil menuju ke penginapan kami selalu mengobrol. Ada saja yang didiskusikan. Mulai dari pendapat-pendapat tiap kali investigasi satu lokasi atau mewawancarai orang, kekesalan yang tak terlampiaskan, kejadian-kejadian unik seperti robeknya ban mobil dan diserempet orang tua mabok agama lalu saling melempar teori konspirasi dan cocoklogi. Tak jarang juga kami tertawa keras-keras juga bercerita tentang jajanan ssaat sekolah dan masa kecil. Oh ya, Andi juga bercerita tentang kekasih saat ia di sekolah menengah dulu. 

Sampai pada suatu titik, saat kami membincang kasus yang tak ada habisnya, menyoal jeda dan kelelahan mental. Yura Yunita menembang Tenang. Kami memuji liriknya yang dalam, lalu Imam (salah satu rekan) ikut menyebut Nadin Amizah betapa memuja Bertautnya. Tiba-tiba Andi menyeletuk, 


 

"Dalam hidup kita, bukankah ini memang mahal" 

"Apa Ndi yang mahal" saya mengejar

"Ketenangan - tenang" jawabnya filosofis. Kami semua diam seolah yang berbicara di kursi depan mobil adalah Aristoteles.

Andi benar, dunia yang kacau ini membuat kita tak bisa tenang menikmati kehidupan. Itulah mengapa siang ini saya memutar lagu ini hingga tiga kali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Bagi Jomblo Menghadapi Weekend

Suzuya Mall Banda Aceh Terbakar

Jogja, Istimewa (Sebuah Catatan Perjalanan)