Langsung ke konten utama

Tipe-Tipe Foto Caleg yang Bisa Kamu Temukan



Tiga hari berlalu sejak debat Pilpres ketiga selesai disiarkan. Menghadirkan cawapres dari nomer urut 01 dan 02. Disiarkan dimana-mana. Seperti saat pertama kali digelar masih menyedot perhatian orang banyak termasuk Negara tetangga. 

Wajarlah ya sebab debat calon kepala Negara. Kalo debat pemilihan kepala desa, gimana? Ya paling masyarakat kampung itu aja yang penasharan. Bagaimana animo kampung tetangga? Wallahu alam bish shawab, saya tyda mampu menjawabnya.

Pilpres ini penting dan perlu jadi perhatian kita. Hanya saja, diluar itu semoga kita gak lupa bahwa Pemilu yang diselenggarakan kali ini bukan cuma pemilihan presiden saja tetapi juga anggota legislatif. 

Etapi kok rasanya Pileg terasa kurang meriah dan biasa-biasa aja ya? Atau ini cuma perasaan saya sendiri saja? Sama kayak cinta saya ke kamu, cuma dirasakan sendiri. Padahal sebenarnya soal Pileg ini penting untuk kita soroti. Jangan sampe bocor, eih.

Nah, biar balance mari kita juga antusias mencermati kandidat yang akan menduduki parlemen. Jangan sampai kita lalu lupa pada calon-calon wakil rakyat kita yang akan berlaga di daerah.


Tersebutlah caleg itu memperkenalkan diri lewat foto-foto mereka di baliho. Bertebaran dimana-mana sepanjang jalan, baik jalan kenangan maupun tidak. Ukurannya beragam. Ada yang 20 inci, gedenya kira-kira sebesar sertifikat kegiatan sampai yang gedenya kegedean dan nangkring di billboard.

Caleg beruang (maksudnya ber-uang) banyak, balihonya berjejer sepanjang jalan dan wajahnya cukup jelas buat kita lihat dengan jarak pandang 500 meter. Ada calon lain yang juga punya duit banyak tapi punya strategi beda. Spanduknya mungkin gak begitu gede tapi masih bisa dilihat, banyak dan berjejer pakai pancang kayu. Sisanya yang juga berduit tapi (miskin kasih sayang) gak berperi-tanaman maku foto calegnya itu di pohon-pohon di pinggir jalan.

Tetapi yang menjadi amatan saya yang sebenarnya bukanlah pengamat ialah pose yang dipilih caleg tersebut buat foto di balihonya. Berhari-hari saya cermati, setelah itu dirangkum kedalam enam kelompok. Barangkali bisa menjadi inspirasi bergaya untuk poto profil medsos atawa buat 2024 nanti. Inilah dia..jreng..jreng..



1. Pose candid
Ada caleg tertentu yang saya hapal namanya karena fotonya di beberapa baliho itu cukup konsisten. Yakni selalu berpose candid. Tahu kan posenya kekmana? Itu lho,kita gak menatap ke kamera, jadi pura-puranya kita gak tahu kalau kita dipoto. Pakaian calegnya memang berganti-ganti, pecinya juga (sekali pakai, di kali lain tidak pakai) termasuk angle foto juga berbeda-beda. Ada foto dari kanan juga dari kiri. Meski berubah-ubah, satu hal yang pasti, doi gak pernah menatap ke kamera bosque~

2. Pose ala model
Pose yang ini juga menarik perhatian. Selain karena pemilihan warna pakaian yang ngejreng dan cukup mencolok. Gaya fotonya yang kayak seleb gitu. Hm, tampaknya mereka dulu pernah terobsesi jadi model. Eh, jangan-jangan buleg (bu caleg) dulunya gadis sampul ya? atau Paklegnya (bapak caleg) mantan koperboy yes? Ditempatmu ada juga kah caleg model kek gitu


3. Pose kerja-kerja-kerja
Kalau yang ini khas banget ya. Tetapi walaupun temanya kerja-kerja-kerja kayak slogan Pak Jokowi, partainya bisa dari macam-macam lho. Bahkan dari yang oposisi juga banyak kok. So, pendukung 01 jangan ngamuk ya, bapak itu menginspirasi banyak orang lho. Lantas gimana sih gaya kerja-kerja-kerja ituh? Ciri-ciri gaya ini salah satunya ditandai dengan tangan yang satu melipat lengan kemeja tangan yang lain. Atau tangan yang satu sedang membuka kancing tangan kemeja lainnya (gaya kayak orang mau kerja keras gitu lae, ngerti kan kelen?) Ciri lainnya bisa dilihat misalnya calegnya berpose saat sedang kesawah bersama petani atau hal laen yang ada kaitannya dengan bekerja.

4. Pose ala filem Matrix
Ini nih favorit saya, calegnya pakai jas hitam, celana hitam, kacamata hitam, rambutnya juga hitam, pokoknya serba hitam. Tanpa pegang senjata, tangannya dilipat didepan dada atau dimasukin ke kantong celana. Melihat mereka, saya teringat filem Matrix yang terkenal itu. Apa? Kamu gak tahu film itu? Yang pemerannya Keanu Reeves? Coba gugel deh. Gimana? Udah kebayang khan? 

5. Pose sejauh mata memandang
Nah kalau ini foto caleg melihat jauh kedepan. Seolah-olah melihat hamparan sawah yang luas sejauh mata memandang (padahal banyak sawah yang sudah konversi jadi bangunan). Tapi kan sawah gak ada dikota, gimana sih? Oh iya, saya lupa. Seorang terpelajar kan harus adil sejak dalam pikiran kan gaess.

“Sesungguhnya ini tyda adil, bagaimana dengan nasib caleg yang di kota? Apakah kami tyda berhak berpose demikian?” Tanya mereka. Baiqlah bosque, mari kita ganti.
Nah kalau ini foto caleg melihat jauh kedepan. Seolah-olah melihat ratusan ribu pemilihnya disebuah lapangan luas. Gimana? Fix, okesip. 

6. Foto caleg kebersamaan
Sebenarnya kalau ini bukan posenya yang disorot. Ini adalah caleg-caleg yang mungkin kurang pede menjual diri. Jadi didalam balihonya ada foto tokoh lain yang (dianggap) sakti dan bisa memengaruhi masyarakat. Misalnya ada caleg yang selain foto dirinya juga naruh foto Pak Beye, HRS bahkan  ada juga yang naruh foto Pak Wowo. Sejauh ini saya belom nemu yang masang foto Pak Wiwi, barangkali sebab belio gak punya partai atau saya yang kurang jeli dan agar-agar. Buat para caleg itu saya mengelompokkan mereka kedalam satu kelompok yakni caleg yang suka kebersamaan.

Nah, itulah tipe-tipe foto caleg didaerah saya. Tiap daerah hasilnya bisa berbeda sesuai dengan zona waktu. Kalau ada kurang masih bisa ditambah kok. Untuk itu mulai sekarang udah bolehlah kelen lirik foto caleg yang ada disekitar. Itung-itung kenali wajah dulu sebelum visi misi biar gak salah nyoblos pas 17 April nanti. Gak asik banget kan kalo dibilik suara kita main dadu atau itungin urutan kancing baju (kalo ada kancingnya). Dengan mengenal kita bisa tahu, apakah doi caleg bekas napi korupsi atau bekas mantan pacarmu.

*) Foto dari google

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Umar dan Sembilan Butir Peluru yang Selalu Dibawanya

Tahun 2019, saya menggantikan Faisal Hadi sebagai interpreter untuk seorang periset bernama Amoz J. Hor. Bersama Hendra Saputra, kami berkunjung ke beberapa tempat sepanjang pantai timur Aceh. Perjalanan tersebut berlangsung selama hampir dua minggu. Dari banyak narasumber yang kami temui, salah satunya Umar. Ia adalah mantan ajudan Teungku Ishak Daud—Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) wilayah Peureulak. Di awal, Umar terkesan defensif, tampak tak suka dengan kedatangan kami, terutama ketika hendak diwawancara. Wajahnya datar tanpa emosi, sulit meraba apa yang ia pikirkan saat itu. Usaha saya untuk beramah-tamah terasa sia-sia belaka karena Umar terlihat amat ketus. Hati kecil saya bergumam, kalau tidak berkenan diwawancara kenapa menerima sejak awal? Orang ini terkesan plintat-plintut. Saya mengalami jalan buntu dalam mencari jalan keluar untuk memecah kebekuan di meja. Amoz tampaknya bisa merasakan itu. "Nana tidak usah terlalu berusaha. Tidak apa-apa, kita minum kopi saja,&quo

Suzuya Mall Banda Aceh Terbakar

Suzuya Mall Banda Aceh, letaknya di Seutui. Kampung tempat saat ini saya tinggali, waktu tempuh sekira 20 menit saja kalau jalan santai atau 4 menit dengan sepeda motor. Tempat perbelanjaan (hampir) serba ada ini gak terlalu spesial, cuma sering ada diskon dan beberapa barang/merek yang gak dijual bebas seperti Ace, The Body Shop, Miniso aja yang buat saya kesana. Tentu, sebagian besar bukan belanja beneran barang-barang tersebut melainkan window shopping , cari inspirasi atau nambah semangat nabung . Biasanya, setiap dua minggu saya selalu belanja bahan rumah tangga. Sebagian barang yang tahan lama saya beli di pasar modern seperti swalayan, banyak diskon yang ditawarkan. Sementara bahan tak awet seperti sayuran dan ikan saya beli di pasar tradisional, karena biasanya lebih murah dan seringkali langsung dari tangan pertama (petani). Itu kebiasaan yang sudah saya bangun sejak 2 tahun yang lalu untuk menjaga efisiensi dan tetap ekonomis. Rino suka menemani saya belanja, yang sebenarnya

Membersamai Langkah Kaki

Bo, adang-kadang saya merasa kalau kita sudah lama sekali bersama dalam hubungan ini. Hahaha. Padahal setelah saya hitung, baru setahun setengah, PAS! Hey, happy 1,5 tahun and still count yah. Saya gak akan malu-malu nunjukin perasaan saya, orang-orang bilang nanti kalau putus bisa malu. Kalau ga jadi nikah bisa malu. So, what? Kenapa memangnya? Dunia ini terlalu kecil untuk menggosipkan kita, right? Tapi, entah Bo juga menyadarinya bahwa tiap kali kita berjauhan entah karena urusan kerja atau sesuatu. Selalu ada barang milik pasangan yang dibawa serta. Cara bagi kita untuk terus membersamai. Seingat saya, kamu yang memulainya saat saya bertugas ke Bener Meriah. Eh, atau saya yang memulainya saat ke Bener Meriah. Kita uji saja sayang, siapa yang lebih dulu melakukannya. Dan pemenangnya, harus diberi hadiah, hahaha.  (fotonya justeru saat sedang di Lampuuk) Saat itu, saya bertugas kemana gitu lupa (Bener Meriah deh kayaknya) dan meninggalkan jaket orange-hijau lumut saya untuk kamu paka