Pertemuan di kaki Gunung (1)

Angin kencang diatas Gunung Lejar menggoyang dedaunan. Semburat mentari sore laksana percikan emas di cakrawala. Disana telah berdiri seorang laki-laki. Janggut dan rambutnya panjang dan putih. Garis-garis wajahnya jatuh menunjukkan usia yang dijalani dibumi sudah cukup lama. Ia berdiri diam tatapan matanya menerawang jauh dan tenang dalam kesendirian.

Lalu angin berhenti mendesau. Terdengar suara injakan ranting dan gemerisik.
"kau sudah tiba rupanya Lohgawe"
"Ya, Mpu. Nampaknya Semeru yang sudah lama menahan lahar akan menemukan waktunya.
Mendengar kalimat itu bibir lelaki yang dipanggil Mpu itu tertarik keatas, ia tersenyum samar. Ia adalah Mpu Purwa, seorang brahma na sekaligus ayahanda Ken Dedes. Perempuan jelita yang diculik dan kawin paksa oleh Tunggul Ametung, akuwu Tumapel.
Akan ada seorang muda yang kau temui disini. Bantu ia menulis sejarahnya." sambung Mpu Purwa pelan.
"Mpu, bukankah tanha (nafsu keinginan) adalah sumber malapetaka?" balas Lohgawe tak kalah tenang.
Resiko apa yang akan terjadi dan Lohgawe tahu itu. Bagaimanapun, ia juga seorang pandita. Keilmuannya tak perlu diragukan. Tanpa diucapkan, ia mengerti benar yang tersirat dihati Mpu Purwa. Jika bukan demikian tak mungkin ia menjadi orang terpercaya di Tumapel. Meski tak diungkapkan dengan gamblang, ia tak bodoh untuk mengerti bahwa jiwa yang terluka itu masih berdarah. Kemarahan Mpu Purwa atas perbuatan akuwu Tumapel yang perkasa itu masih bergemuruh serupa magma merapi.

Kalimat penutup itu adalah perpisahan bagi Mpu Purwa dan Lohgawe. Baginya jelas sudah maksud sang brahmana. Lalu sepeninggal Mpu Purwa, bertemulah Lohgawe dengan pemuda yang dimaksud Mpu Purwa.
"maaf paman, kukira tak ada manusia di gunung ini. Seorang nenek tua menyuruhku berlari kesini.
Dia terengah-engah serupa dikejar musuh. Tubuhnya yang penuh keringat berkilauan ditimpa sinar jingga matahari yang tenggelam. Dialah Ken Arok yang sedang dikejar prajurit Tunggul Ametung karena dianggap melawan dan berbuat onar. Namun sinar matanya cukup tajam cukup menyiratkan bahwa ia bukanlah sembarang orang. Hanya dengan sekali lihat Lohgawe melihat itu disana; kecerdasan, hasrat dan kelicikan.
"anak muda, aku sedang mencari seseorang untuk bekerja untuk Akuwu (camat) Tumapel. Tampaknya kaulah orang yang dikirim Dewata, semesta sudah mengatur pertemuan kita"

(Bersambung)
*) Foto dari Google

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Bagi Jomblo Menghadapi Weekend

Suzuya Mall Banda Aceh Terbakar

Jogja, Istimewa (Sebuah Catatan Perjalanan)